Selasa, Oktober 25, 2011

Kasihku Pada Ibu..

Ibu..

Dialah yang telah mengandung serta melahirkan kita..

Dialah yang telah merawat dan membesarkan kita dengan penuh cinta dan kasih..

Dialah yang selalu siap berkorban untuk semua kepentingan kita tanpa pamrih..

Ibu.. Dia adalah segala-galanya buat kita..

Seorang ibu menurut aku adalah satu sosok yang tak pernah bisa tergantikan oleh apapun dan siapapun juga, karena sosok ibu (“seharusnya”) akan selalu ada dalam setiap perjalanan hidup kita.. tanpa seorang ibu, kita bukanlah apa-apa dan juga bukan siapa-siapa, mengapa? karena do’a dan restu seorang ibu adalah ridha Allah.. sedangkan sedih dan marah seorang ibu adalah murka Allah..

Kita semua tentu memiliki kenangan terhadap seorang ibu.. apapun itu, baik suka maupun duka.. yang mungkin tanpa kita sadari waktu itu, kita pernah menyakiti hatinya dengan perbuatan maupun dengan kata-kata, sering kali membantah kata-katanya, pernah mengabaikan bahkan melupakannya.. tapi, ada kalanya kita juga pernah menyenangkan hatinya, pernah menjadi buah matanya, bahkan pernah membuatnya bangga dengan kita..

Hingga sampai suatu hari nanti, kita akan sangat merindukan saat-saat indah kebersamaan dengan ibu.. sangat merindukan sekali.. tapi semua itu hanya tinggal kenangan, karna ibu telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya.. dan, yang tersisa hanyalah kenangan..

Lalu.. apakah kita sudah merasa (“mampu”) telah membalas semua kebaikan dan jasa-jasa seorang ibu terhadap kita baik itu dengan materi maupun dengan perhatian??

Hmmm.. Tidak akan pernah bisa !!

Hanya do’a, yah.. hanya do’a yang bisa kita panjatkan untuknya disetiap waktu yang 5, semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan ibu terhadap kita, amin..

Bercerita tentang seorang ibu.. akupun memiliki kenangan tersendiri terhadap ibuku..

Aku teringat masa-masa kecilku dulu.. di saat aku baru masuk sekolah dasar (jaman dulu belum ada PAUD, TK pun hanya untuk anak2 orang kaya.. hehehehe).. ibu lah yang selalu mengantar jemput aku ke sekolah.. setiap pagi ibu yang menyiapkan dan memakaikan pakaian seragam sekolahku, ibu yang dengan teliti memeriksa buku-buku apa saja yang harus dibawa, ibu pula yang menyiapkan bekal untukku makan jika istirahat sekolah (dulu waktu sekolah SD gak dapet uang saku, hehehehehe).

Kemudian jika sudah pulang dari sekolah, ibu dengan lembut namun tegas menyuruhku untuk tidur siang, jika tidak, jangan harap sorenya aku dapat bermain bersama teman-teman, hahahahahaha.

Dalam segala hal ibu sangat perhatian terhadap anak-anaknya.. walaupun ibu hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar saja (dulu namanya sekolah rakyat), tapi untuk urusan pendidikan.. ibu sangat disiplin sekali, ibu akan sangat marah kalau ada diantara anak-anaknya yang tidak mau belajar, jam 7 sampai dengan jam 8 malam adalah waktu yang wajib untukku mengulang kembali pelajaran-pelajaran yang kudapatkan siang tadi di sekolah.

Dan ketika waktu tidur malam tiba.. ibu pasti cerewet sekali menyuruh aku untuk bersih-bersih sebelum tidur, tapi itu cuma sebentar, karna setelah itu aku pasti selalu merasa nyaman dalam dekapan hangatnya ibu.. terkadang, ditengah malam saat aku ingin buang air kecil, ibu yang selalu terbangun dan kemudian mengantarkan aku ke kamar mandi untuk buang air kecil, atau jika aku ingin sekali buang air besar, maka ibu juga yang menunggui aku sambil duduk didepan pintu kamar mandi dengan mata setengah terpejam menahan kantuknya.. tapi ibu tak pernah mengeluh, apalagi marah.. tidak, tidak pernah sekalipun aku mendengarnya!!

Tapi.. kebersamaan dengan ibu kurasakan hanya sebentar saja, pada saat aku kelas 6 SD.. karna beberapa hal yang waktu itu aku tidak mengerti, ibu dan ayah terlibat pertengkaran yang hebat sampai menyebabkan ibu dan ayah berpisah (tapi tidak sampai bercerai).. ibu pulang ke kampung halamannya di kota Cilegon sana, sedangkan aku tetap tinggal bersama ayah hingga lulus sekolah dasar di Bandar Lampung.

Mulai saat itu, aku tak lagi merasakan kasih sayang seorang ibu.. aku tak pernah lagi di mandikan olehnya ketika hendak sekolah, tak pernah lagi di suapi saat mau makan, bahkan tak pernah lagi di peluk hingga tertidur dalam dekapan ibu.. aku yang biasanya periang, berubah drastis menjadi pendiam sekali.. nilai-nilai pelajaranku disekolah juga menurun, bahkan hasil ujian Ebtanas ku pun anjlok.. untungnya aku bisa lulus juga, hehehehehehe.

Rupanya masalah yang timbul didalam sebuah keluarga, terutama masalah yang terjadi antara orangtua, pasti membawa dampak yang sangat buruk secara psikologis terhadap anak-anak.. dimana saja, dikeluarga siapa saja, pasti selalu anak-anak yang jadi korbannya.. hal itu pun terjadi padaku, akibat dari perpisahan ibu dan ayah, aku tumbuh menjadi anak remaja yang berengsek!! aku mulai salah dalam pergaulan, saat masuk di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), aku mulai merokok, mulai hobi berkelahi serta mabuk-mabukan minuman keras, bahkan aku juga memakai obat-obatan terlarang jenis Lexotan, Rohypnol, Megadonn dll. (dulu orang-orang bilangnya itu pil anjing), sekolahku berantakan, beberapa kali aku berpindah-pindah sekolah karna dikeluarkan akibat sering membolos atau terlibat perkelahian, bahkan aku juga pernah hampir masuk penjara karna kenakalanku.

Tapi, ternyata ibu lah yang paling terpukul dan kecewa melihat keadaanku seperti itu.. ibu lah yang selalu menasehati aku dari kejauhan.. ibu pula yang selalu menangis untukku.. ibu yang selalu, ah. . . .

Ibu, maafkan aku..

Aku mulai berubah ketika masuk tahun ke 3 saat menempuh pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK), saat itu aku sudah bisa berfikir mana yang baik dan buruk untukku, aku sudah jarang berkelahi dan mabuk-mabukan lagi.. akupun mulai rajin masuk sekolah, Alhamdulillah.. aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan, pada masa-masa inilah komunikasi ku dengan ibu mulai dekat lagi, kalau tidak berbicara dengan ibu ditelfon dengan menggunakan jasa wartel (warung telekomunikasi), pasti aku yang pergi ke Cilegon untuk menemui ibu, di sana aku bisa melepaskan rindu yang teramat sangat dengan ibuku.. walaupun tidak lama, tapi aku sangat bersyukur masih bisa bertemu dengan ibu.

Sejujurnya.. aku sangat kecewa dengan apa yang terjadi dalam kehidupan keluargaku.. aku sering sedih dan menangis kalau melihat teman-teman sepermainanku berkumpul dengan kedua orangtuanya.. sedangkan aku? Hanya sebentar saja memiliki keluarga yang utuh.. aku rindu masa-masa kecilku dulu bersama ibu..

Aku rindu sekali padamu ibu..

Setamat dari SMK, aku tidak langsung melanjutkan kuliah, tapi aku pergi merantau ke kota Pekalongan di Jawa Tengah, disana aku ikut dengan bulik ku, yaitu adik dari ayahku.. oleh bulik, aku kemudian dimasukan ke balai latihan kerja (BLK) di kota itu, di tempat itu aku mengikuti pelatihan selama 6 bulan, selesai mengikuti pelatihan, aku beruntung sekali di terima bekerja di sebuah bengkel mesin las dan bubut yang bernama CV. Rahayu dengan jabatan sebagai welder (tukang las), pimpinan bengkel itu sangat baik padaku, bahkan beliau mengijinkan aku untuk tinggal di mess’nya.

Selama dalam perantauan, aku merasa tidak terlalu susah untuk bisa mandiri, karna mungkin dari kecil semenjak ibu dan ayah berpisah, aku sudah terbiasa dengan keadaan yang apa-apanya harus dikerjakan sendiri, tapi walaupun aku jauh dari keluarga.. komunikasi ku dengan ibu sama sekali tidak terputus, setiap minggu pasti aku selalu menelfon ibu, bahkan dengan penghasilanku yang hanya Rp.36.000,- perminggu. Aku masih bisa menabung sedikit demi sedikit agar bisa membelikan hadiah untuk ibuku yang akan kuberikan ketika aku pulang mudik saat hari raya nanti.

Aku ingat sekali, hadiah pertama dariku untuk ibu adalah sebuah baju batik kebaya berbahan sutera berwarna putih yang hanya untuk atasannya saja kubeli seharga Rp. 80.000,- hadiah itu baru bisa kubeli setelah menyisihkan sebagian dari gajiku selama 6 bulan.. hahahahahaha.. waktu itu perasaan susah banget loh cari duitnya?

Di kota Pekalongan tersebut aku hanya bertahan selama 3 tahun, pada akhir tahun ke 3, aku memutuskan untuk pulang dan ingin mencari kerja di Bandar Lampung saja.. selama disini berbagai macam profesi pernah aku jalani, aku pernah menjadi kuli pelabuhan, kuli bangunan, cleaning sevice, office boy, karyawan pabrik, tukang ojek, collector, sampai karyawan notaris pun pernah aku tekuni.. semua itu aku jalani sambil melanjutkan kuliah pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer di Perguruan tinggi Mitra Lampung, Alhamdulillah, sekarang udah lulus.. hehehehehehe..

Semua yang telah kucapai dalam hidup ini, tak lebih dan tak kurang adalah berkat do’a restu serta dukungan keluarga padaku.. terutama sekali ibu, yah.. ibu yang selalu menasehati aku, ibu yang tak pernah lelah untuk mendo’akan aku disetiap sujudnya.

Terima kasihku tak terhingga untukmu ibu..

Ada sebuah peristiwa yang sangat membekas dalam ingatanku, peristiwa itulah yang membuat aku semakin menyayangi ibu, karna apa yang menimpa ibu saat itu, ternyata makin menambah perasaan takut ku akan kehilangan seorang ibu.

Kisah itu bermula pada pertengahan tahun 2006 silam, saat aku baru memasuki semester ke 3 kuliahku.. di sore yang sendu itu, ketika aku sedang mengikuti perkuliahan, aku menerima sebuah pesan pendek dari adikku di Cilegon yang mengabarkan bahwa ibu mengalami kecelakaan.. untuk beberapa saat aku hanya mampu tertegun memandangi isi dari pesan pendek itu, ada sedikit rasa tak percaya ketika menerima pesan tersebut, tapi pesan pendek itu masuk lagi berulang kali.. kali ini aku percaya, lalu tersadar.. kemudian aku segera menelfon kembali adikku, untuk menanyakan kebenaran berita itu.. Astagfirullah.. ternyata benar berita itu.. adikku sambil menangis panik, tersendat-sendat menceritakan peristiwa itu.

“Menurut adikku, ketika ibu hendak menyebrang jalan, ibu ditabrak oleh sebuah sepeda motor yang di kemudikan dengan kecepatan tinggi oleh seorang anak kecil yang berstatus masih pelajar sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), ibu sampai terlempar hingga 10 meter jauhnya akibat dari kerasnya benturan.. ibu langsung tak sadarkan diri waktu itu, kemudian oleh beberapa orang baik yang ada disitu, ibu segera dilarikan ke sebuah RSUD di kota Serang, tapi.. karna peralatan medis yang tak memadai, ibu lalu di rujuk ke RS. Krakatau Steel di Cilegon.. namun lagi-lagi, karna luka ibu sangat parah, maka pihak rumah sakit kemudian memberi rujukan agar ibu segera dilarikan ke Jakarta.. akhirnya, setelah semua keluarga setuju, maka ibu segera di berangkatkan menuju RS. Siloam Gleneagles di Lippo Karawaci.”

Kembali padaku..

Setelah menerima kabar duka tersebut, aku tanpa membuang waktu lagi, dengan mengendarai sepeda motor, aku langsung berangkat sore itu juga ke Cilegon, selama dalam perjalanan aku selalu mendapat kabar tentang kondisi ibu, itu yang membuat aku semakin khawatir.. ketika sampai di kota Cilegon, aku langsung menuju RS. Krakatau Steel tempat terakhir aku menerima kabar bahwa ibu dilarikan kesana.. tapi sungguh sial, aku hanya terlambat 15 menit saja.. ternyata ibu telah dilarikan kembali ke RS. Siloam Gleneagles dengan menggunakan ambulance.

Dengan perasaan kecewa aku memutuskan untuk pulang dulu kerumah ibu di desa Serdang, sampai disana aku mendapati rumah sudah ramai oleh para saudara dan tetangga-tetangga yang berdatangan kerumah begitu mereka mengetahui bahwa ibu mendapat kecelakaan.. disana aku mendapat keterangan yang jelas tentang kronologi peristiwa mengapa ibu sampai bisa mendapat kecelakaan itu.

Setelah mendapat kepastian bahwa memang ibu di larikan ke rumah sakit Siloam Gleneagles di Lippo Karawaci, maka aku malam itu juga langsung berangkat dengan menggunakan bus antar kota, sepeda motor sengaja aku tinggal di rumah ibu, demi untuk mempercepat perjalananku kesana..

Lewat tengah malam, akhirnya aku sampai juga di RS. Siloam Gleneagles, di sana aku mendapati bunde (kakak perempuan dari ibu) serta paman-pamanku telah berkumpul, setelah bersalaman dengan mereka, aku lalu bergegas untuk melihat keadaan ibu diruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), sesampai disana.. aku melihat ibu terbujur lemah tak berdaya, ibu saat itu mengalami koma, aku menangis terisak-isak melihat keadaan ibu, dadaku rasanya sesak sekali.. dengan menguatkan hati, aku kembali memandangi ibu.. aku lihat mata ibu terpejam, dari kedua telinganya nampak bekas darah yang hampir mongering, sekujur tubuhnya lebam dan banyak sekali luka.. Oh ibu..

Ibu berada di IGD selama 4 jam, setelah mendapatkan pertolongan pertama oleh paramedis yang jaga.. maka, tepat pukul 02.00 dini hari, ibu di masukan keruang tindakan medis untuk dilakukan segera operasi pengangkatan tulang batok kepala sebelah kiri, karna setelah diperiksa, ternyata akibat dari tabrakan itu, ada batu kerikil sebesar ujung jari kelingking yang menembus batok kepala sebelah kiri ibu.. masya Allah..

Oleh tim dokter yang di kepalai dr. Eka, akhirnya ibu pun di operasi.. selama operasi itu berlangsung, aku tak pernah bisa berhenti untuk memikirkan keadaan ibu, aku takut akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama masa operasi berlangsung, berbagai macam fikiran buruk datang menyergapku, aku takut kehilangan ibu.. aku takut sekali..Yaa Allah, tolong selamatkan ibuku..

Akhirnya penantian panjangku selama 5 jam lamanya selesai sudah, pukul 7 pagi ibu selesai di operasi.. Alhamdulillah, ibu sudah melewati masa kritisnya, hanya saja ibu masih belum sadar, ibu masih dalam keadaan koma pasca operasi tersebut.

Ketika untuk pertama kalinya aku melihat ibu saat di dorong keluar untuk di pindahkan ke ruang perawatan pasca operasi.. aku terhenyak kaget dan kembali menangis melihat keadaan ibu, aku hampir-hampir tak mengenali ibu lagi, bahkan bunde ku yang menemaniku menunggui ibu di luar ruang operasi sampai menjerit histeris lalu pingsan saat melihat ibu.. bagaimana tidak? Aku menyaksikan kepala dan wajah ibu membengkak hingga menutupi matanya.. lalu pada kepala sebelah kirinya terpasang perban besar yang bertuliskan “JANGAN DI TEKAN”, sedangkan selang melilit kedua pergelangan tangannya, yang aku tahu itu adalah selang untuk alat pernafasan ibu, selang untuk obat-obatan ibu, serta selang untuk transfusi darah ibu.. Astagfirullah.

Ibu masuk ke ruang perawatan intensif selama 1 pekan lebih, ruang itu harus steril benar, hanya 1 orang saja dari pihak keluarga yang boleh menjenguk ibu, itupun tak boleh lama-lama, sedangkan jika ingin masuk ke ruang itu kita di haruskan memakai pakaian khusus yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit, dan di wajibkan memakai sarung penutup tangan, sarung penutup kaki, penutup kepala serta masker penutup pernafasan.

Keadaan ibu di ruang karantina ini masih sama dengan keadaan waktu pertama kali ibu keluar dari ruang operasi, kepala dan wajah ibu masih membengkak akibat luka bedah di kepalanya, matanya pun masih tertutup rapat, selang-selang masih melilit kedua pergelangan tangan dan tubuh ibu, pernafasan ibu masih ditopang oleh alat bantu pernafasan, ibu masih tak sadarkan diri.. aku tahu ibu masih hidup hanya dari melihat alat detector detak jantung dan tekanan darah yang berada disampingnya saja, jika tidak ada alat penopang kehidupan itu, aku yakin ibu saat ini sudah tidak ada.. Subhanallah.

Ibu mengalami koma hampir selama 7 hari.. pada hari ke delapan, akhirnya ibu tersadar dari koma nya.. tetapi, itupun ibu masih belum dapat membuka mata, yang terdengar dari mulut ibu hanyalah rintihan kesakitan yang terdengar jelas namun lirih ditelingaku, aku menangis sejadi-jadinya melihat keadaan ibu, aku dapat membayangkan rasa sakit yang di derita ibu saat itu, rasanya ingin sekali aku menggantikan keadaan ibu dengan menerima rasa sakit itu.. aku ingin sekali..

3 hari kemudian ibu dapat membuka matanya, tetapi alangkah kagetnya aku ketika mengetahui bahwa ibu menderita hilang ingatan, terhadap aku anaknya saja ibu tidak mengenali lagi.. aku kembali menangis melihat penderitaan ibu.. kemudian oleh dr. Eka, aku diberi penjelasan bahwa amnsesia yang diderita ibu sifatnya temporary, tidak beberapa lama lagi ibu akan segera mendapatkan ingatannya kembali.. dr. Eka juga menjelaskan beberapa macam kemungkinan yang akan terjadi pada ibu, menurut dokter yang baik itu, diantara jutaan syaraf kecil yang tedapat di kepala ibu, ada beberapa yang sudah tidak berfungsi dengan baik lagi, jadi.. kemungkinannya ibu tidak akan bisa normal kembali seperti biasa.. kondisi fikiran dan kejiwaan ibu akan labil, gampang sekali berubah-ubah.. ibu akan mudah marah, ibu akan mudah lupa, ibu akan mudah sensitif terhadap hal apapun.. dan yang pasti ibu akan mengalami trauma pasca kecelakaan itu..Yaa Allah.. aku takut membayangkan itu semua.. aku sangat marah dan mengutuk orang yang menabrak ibu.. ingin rasanya aku ganti menabrak dia, aku ingin dia juga merasakan apa yang sekarang dirasakan oleh ibu..

Tapi sudahlah.. tak ada gunanya menyalahkan orang lain, ini mungkin sudah suratan dari Allah, bahwa aku dan keluargaku harus menerima ujian yang berat ini.. jika saja ini terjadi dulu saat aku masih brengsek-brengseknya, mungkin orang yang menabrak ibu itu sudah kubunuh agar puas hatiku, tak apalah aku masuk penjara asalkan aku dapat membalaskan sakit hatiku melihat penderitaan ibu saat itu.

Oia, kembali pada cerita tentang ibu..

Ibu menderita hilang ingatan hanya 3 hari, Alhamdulillah.. setelah itu ingatan ibu berangsur-angsur datang kembali, ibu sudah bisa mengenali aku lagi.. untuk pertama kalinya aku bisa tersenyum lagi setelah menangis dan menangis terus melihat keadaan ibu.. tapi, kebahagiaan itu hanya sementara.. ternyata setelah ibu sadar dari koma, dan mulai bisa berbicara.. ibu kaget dan menangis karna sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa dengan tubuhnya.. ibu mengalami kelumpuhan total.. Yaa Allah.. cobaan apalagi ini, ngeri aku membayangkan keadaan ibu ke depannya nanti seperti apa, aku tak kuasa lagi membendung air mataku, aku menangis dan menangis sejadi-jadinya.. tetapi, lagi-lagi dr. Eka menenangkan aku, dia mengatakan kelumpuhan ibu sifatnya hanya sementara (ibu mengalami kelumpuhan itu selama 3 bulan pasca operasi), ibu pasti akan bisa berjalan dan bergerak kembali seperti biasa.. namun, aku masih tetap saja menangis sedih jika membayangkannya.

Setelah kesehatan ibu mulai membaik.. ibu kemudian di pindahkan ke ruang perawatan biasa, disana hanya aku sendiri yang menunggui dan mengurus kebutuhan ibu, karna pihak rumah sakit hanya mengijinkan 1 orang saja dari pihak keluarga yang boleh menunggui ibu.. selama 12 hari.. aku yang setiap pagi, siang, dan malam menyuapinya untuk makan dan minum obat.. lalu aku pula yang membawa ibu setiap pagi berjemur sinar matahari dengan menggunakan kursi roda, lalu aku pula yang menggotong dan mendudukan ibu di toilet jika ibu ingin buang air besar.. karna ibu masih lumpuh, maka ibupun belum bisa duduk dengan tegak.. maka aku juga yang memeganginya duduk di toilet selama ibu buang air besar agar tidak jatuh.. kemudian aku pula yang membersihkan kotorannya tanpa ada rasa jijik ataupun merasa bau oleh kotoran ibu.. aku ikhlas melakukannya, karna aku tahu.. dulu ibu pun pasti melakukan hal yang sama terhadapku, bahkan aku merasa apa yang aku lakukan sekarang ini belum ada seujung kukunya atas apa yang ibu lakukan terhadapku dulu.

Aku melakukan itu semua tanpa memikirkan keadaanku sendiri, karna sejak hari pertama ibu di operasi, aku tidak tidur 3 hari berturut-turut.. tubuhku menjadi kurus, mataku pun cekung.. kemudian hari-hari selanjutnya akupun kurang tidur, sebabnya.. jika malam hari ibu tidak bisa tidur karna menahankan sakit pada lukanya.. ibu sering menjerit-jerit, bahkan kedua tangannya terpaksa harus diikat untuk menjaga agar ibu tidak menggaruk-garuk luka yang ada dikepalanya.. setiap beberapa jam sekali aku membolak-balikan tubuh ibu agar tidak menjadi lecet-lecet.. hanya pada siang hari saja ibu bisa tertidur, itupun kadang cuma sebentar, waktu sebentar itu biasanya kumanfaakan untuk membeli makanan, ataupun untuk istirahat.. tapi aku tak pernah mengeluh, seperti ibu dulupun tak pernah mengeluh ketika mengurus aku.

Aku sayang padamu ibu..

Dampak yang terjadi sejak ibu mengalami kecelakaan sangatlah besar.. secara moril kami semua menjadi susah memikirkan keadaan ibu, adik-adikku pun jadi terlantar karna tak ada yang mengurus.. dari segi finansial, tak terhitung lagi biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai perawatan ibu, bahkan kendaraan bermotor, sebidang tanah, sebuah rumah pun telah terjual untuk menutupi biaya ibu di rumah sakit.. tapi itu tak menjadi soal, yang penting ibu selamat.. benar sekali ungkapan yang mengatakan bahwa kesehatan itu amatlah mahal, itu benar sekali.

Ibu hanya 12 hari menjalani perawatan di RS. Siloam Gleneagles, pada hari ke 13 ibu di bolehkan untuk di rawat sendiri di rumah, tapi ibu di wajibkan untuk chek-up sebulan sekali ke rumah sakit rujukan.. hanya saja batok kepala ibu yang sebelah kiri belum dapat di pasang kembali, karna harus menunggu selama 1 tahun dahulu sebelum bisa di operasi ulang untuk mengembalikan batok kepala ibu.. namun, setelah 1 tahun.. saat ibu ditanya apakah batok kepalanya ingin di pasangkan kembali, ibu menolak dengan alasan tidak tahan akan rasa sakit pasca operasinya.. jadi sampai saat ini, batok kepala ibu yang sebelah kiri masih tersimpan dengan baik di RS. Siloam Gleneagles.

Selama di rumah sakit aku merasa terhibur jika ada saudara-saudaraku yang datang untuk menjenguk ibu.. bahkan sepupu-sepupuku pun terkadang ikut menemani aku selama di rumah sakit.. mereka yang menyabarkan dan selalu menguatkan hatiku, mereka baik-baik sekali.. aku beruntung mempunyai mereka semua..

Aku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saudara-saudaraku semua atas perhatian dan kasih sayangnya terhadap ibuku.. terutama kepada bunde hj.hamdasyah, bunde hj.hamdah, pakde sidik dan bude, mang haji sabeni, mang budin, mang wardi, kang tono, serta om budi, om uk, bulik mung, bulik nie, bulik mung, bulik ari, mbah putriku tersayang.. juga tak lupa terima kasihku kepada semua sepupu-sepupuku.. a’sovi, a’ jhony sosro, a’ andy, teh shinta syafariah, teh silva yunita, teh siska novianti, atma krakatau, inggih saputra, harry budiman, ivan oz maker, de’ rifki cipiet, de’ cicha, de’ novia elisabet kirnawinata, de’ een, de’ agis, serta semua teman-teman yang tak bisa kusebutkan satu persatu.. terima kasihku untuk kalian semua, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan itu, amin..

Saat ini..

Ibu sudah sehat kembali, hanya persis seperti yang di prediksi oleh dr. Eka bahwa walaupun ibu secara fisik sudah sembuh, tetapi secara mentalitas, ibu tidaklah seperti dulu lagi.. ibu sudah tidak normal lagi, kondisi kejiwaannya labil, ibu tidak bisa lagi memikirkan hal yang berat-berat, ibu mudah sekali marah-marah, bahkan pernah ibu mengancam akan bunuh diri, akan membakar rumah, serta kalau bicara sering ngawur, tidak nyambung.. tapi apapun itu, apapun bentuknya ibu.. dia tetaplah ibuku tersayang.. kami semua memaklumi dan menyadari bahwa ibu sudah tidak seperti dulu lagi.. malah aku bersyukur kepada Allah Swt, bahwa ibu masih di panjangkan umurnya sampai saat ini.. sehingga aku mungkin masih bisa mengurus dan merawat ibu hingga akhir hayatnya nanti, amin..

Tulisan ini ku dedikasikan terutama untuk ibuku tercinta, serta untuk semua ibu yang ada di muka bumi ini, baik yang sudah menjadi ibu, maupun yang akan menjadi ibu.. tak lupa juga, untuk calon ibu dari anak-anakku kelak tentunya (amin), hehehehehehehe..

Bandar Lampung, 05-08 Desember 2010

Try_morley@yahoo.com